Infeksi intraserebral merupakan suatu infeksi yang menyerang /
terjadi pada otak. Infeksi sistem saraf pusat diklasifikasikan menurut jaringan
yang terinfeksi dibagi menjadi dua, yaitu (1) Infeksi meningeal (meningitis)
yang terutama mengenai dura (pakimeningitis) atau pia-arakhnoid
(leptomeningitis), dan (2) Infeksi
serebral dan parenkim medulla spinalis (ensefalitis atau mielitis).
2.1 INFEKSI MENINGEAL (Meningitis)
A. PENGERTIAN
Meningitis adalah radang pada meningen (membrane yang mengelilingi
otak dan medulla spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri, atau organ-organ
jamur (Brunner & Suddath. 2002. hal. 2175).
Meningitis adalah suatu infeksi atau peradangan dari meningens dan
jaringan saraf dalam tulang punggung disebabkan oleh bakteri, Virus, riketsia
atau protozoa, yang terjadi secara akut dan kronis (Harsono 2003).
B. ETIOLOGI
Etiologi atau penyebab dari meningitis sebagian besar disebabkan
oleh bakteri, dan selebihnya disebabkan oleh virus, parasit serta jamur. Dari
hasil laporan kasus, bakteri penyebab meningitis terbanyak disebabkan oleh:
Hemophilus influenzae, Streptococcus pneumoniae dan Neisseria
meningitidis.
Adapun klasifikasi dari meningitis menurut Brunner & Suddath.
2002 yaitu: asepsis, sepsis dan tuberkulosa.
- Meningitis asepsis mengacu pada salah satu meningitits virus atau
menyebabkan iritasi meningen yang disebabkan oleh abses otak, ensefalitis,
limfoma, leukemia, atau darah diruang sub arachnoid.
- Meningitis sepsis menunjukan meningitis yang disebabkan oleh
organisme bakteri seperti meningokokus, stafilokokus atau basilus influenza.
- Meningitis tuberkulosa disebabkan oleh basillus tuberkel.
Sedangkan menurut Ronny Yoes meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan
perubahan yang terjadi pada cairan otak, yaitu Meningitis Serosa/ Tuberkulosa
dan Meningitis Purulenta.
- Meningitis Serosa/Tuberkulosa adalah radang selaput otak
arachnoid dan piamater yang disertai cairan otak yang jernih. Penyebab
terseringnya adalah Myobakterium Tuberculosa. Penyebab lain seperti Virus,
Toxoplasma gondhi, Ricketsia.
- Meningitis Purulenta adalah radang bernanah arachnoid dan
piamater yang meliputi otak dan medula spinalis. Penyebanya antara lain:
diplococus pneumoniae, Neisseria meningitidis, Streptococcus haemolytiicus,
Staphylococcus aureus,haemophilus influenzae, esherchia coli, klebsiella
pneumoniae, pseudomonas aeruginosa
Penyebab meningitis pada beberapa golongan umur:
1. neonatus :
Escheria colli
Streptokokus beta hemolitikus
Listeria monositogenes.
2. anak dibawah 4 thn
: Hemofilus influenza
Meningokokus
Pneumokokus
Pneumokokus
3. anak diatas 4 thn
& org dewasa: Meningokokus
Pneumokokus
Beberapa keadaan yang merupakan faktor predisposisi untuk
terjadinya meningitis, yaitu mencakup : Infeksi jalan napas bagian atas, Otitis
media, mastoiditis, Anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, Prosedur bedah
saraf baru, trauma kepala, dan pengaruh immunologis.
Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah, dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen; semuanya ini penghubung yang menyongkong perkembangan bakteri.
Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah, dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen; semuanya ini penghubung yang menyongkong perkembangan bakteri.
C. PATOGENESIS
Kuman dapat mencapai selaput otak dan subaraknoidea melalui:
1. Luka terbuka dikepala.
2. Penyebaran langsung dari proses infeksi ditelinga tengah dan
sinus paranasalis.
3. Pembuluh darah pada keadaan sepsis.
4. Penyebaran dari abses ekstradural, abses subdural dan abses
otak.
5. Lamina kribosa osis etmoidalis pada keadaan rinorea.
6. Penyebaran dari radang paru.
7. Penyebarn dari infeksi kulit.
D. PATOFISIOLOGI
Organisme (Bakteri, Virus, Jamur dll)
Saluran pernapasan, saluran yang menghubung ke otak.
Melalui aliran darah (Hematogen) menyebar ke bagian meningen
Menyebabkan reaksi radang di dalam meningen dan di bawah daerah
korteks, yang dapat menyebabkan thrombus dan penurunan aliran darah serebral
Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat
meningen, vaskulitis, dan hipoperfusi.
Meningitis
E. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Brunner & Suddath. 2002. Gejala meningitis diakibatkan
dari infeksi dan peningkatan tekanan intra cranial. Berupa :
• Sakit kepala dan demam, adalah gejala awal yang sering. Sakit
kepala dihubungkan dengan meningitis yang selalu berat dan sebagai akibat
iritasi meningen. Demam umumnya ada dan tetap tinggi selama perjalanan
penyakit.
• Perubahan tingkat kesadaran, dihubungkan dengan meningitis
bakteri. Disorientasi dan gangguan memori biasanya merupakan awal adanya
penyakit. Perubahan yang terjadi bergantung pada beratnya penyakit, demikian
pula respon individu terhadap proses fisiologi. Manifestasi perilaku juga umum
terjadi. Sesuai pengembangan penyakit, dapat terjadi letargik, tidak responsi,
dan koma.
• Iritasi meningen, mengakibatkan sejumlah tanda yang mudah
dikenali yang umumnya terlihat pada semua tipe menngitis.
• Rigiditas nukal, (kaku leher) adalah tanda awal. Adanya upaya
untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.
• Tanda kernig positif; ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam
keadaan fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat diekstensikan sempurna.
• Tanda Brudzinski: Bila leher pasien difleksikan, maka dihasilnya
fleksi lutut dan pinggul; bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah
pada salah satu sisi, maka gerakan yang sama terlihat pada sisi ekstremitas
yang berlawanan.
• Fotophobia(respon nyeri terhadap sinar) akibat iritasi
syaraf-syaraf kranialis.
• Kejang dan peningkatan TIK, kejang terjadi sekunder akibat area fokal kortikal yang peka. Tanda-tanda peningkatan TIK sekunder akibat eksudat purulen dan edema serebral terdiri dari perubahan karakteristik tanda-tanda vital (melebarnya tekanan pulsa dan bradikardia), pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat kesadaran.
• Kejang dan peningkatan TIK, kejang terjadi sekunder akibat area fokal kortikal yang peka. Tanda-tanda peningkatan TIK sekunder akibat eksudat purulen dan edema serebral terdiri dari perubahan karakteristik tanda-tanda vital (melebarnya tekanan pulsa dan bradikardia), pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat kesadaran.
• Adanya ruam, seperti terdapat lesi-lesi pada kulit diantaranya
ruam ptekie dengan lesi purpura sampai ekimosis pada daerah yang luas.
• Infeksi fulminating terjadi pada sekitar 10% pasien dengan
meningitis meningokokus, dengan tanda-tanda septikemia; demam tinggi yang
tiba-tiba muncul, lesi purpura yang menyebar (sekitar wajah dan ekstremitas),
syok dan tanda-tanda kuagolupati intravaskular diseminata (KID). Kematian
mungkin terjadi dalam beberapa jam setelah serangan infeksi.
• Organisme penyebab infeksi selalu dapat diidentifikasi melalui
biakan kuman pada cairan serebrospinal dan darah. Counterimmunoelectrophoresis
(CIE) digunakan secara luas untuk mendeteksi antigen bakteri pada cairan tubuh,
umumnya cairan serebrospinal dan urine.
F. EVALUASI DIAGNOSTIK
Pada meningitis perlu dilakukan pemeriksaan sebagai berikut :
Kultur darah/hidung/tenggorok/urine : Dapat mengindikasikan daerah
”pusat” infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi.
Pemeriksaan antigen bakteri pada cairan otak :
MRI/skan CT : Dapat membantu melokalisasi lesi, melihat
ukuran/letak ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor.
Rontgen dada, kepala, dan sinus : Mungkin ada indikasi infeksi atau
sumber infeksi kranial.
Pemeriksaan cairan otak
a. Cairan otak pada meningitis purulenta
- Tekanan : Tekanan cairan otak meningkat diatas 180 mm H2O.
- Warna : Cairan otak berwarna mulai dari keruh sampai purulen
bergantung pada jumlah selnya.
- Sel : Jumlah leukosit meningkat. Biasanya berjumlah 200-10.000
dan 95% terdiri dari sel PMN. Setelah pengobatan dengan antibiotika
perbandingan jumlah sel MN (Mononuklear) terhadap sel PMN meningkat.
- Protein : Kadar protein meningkat, biasanya diatas 75 mg/100 ml.
- Klorida : Kadar klorida menurun. Kurang dari 700 mg/100 ml.
- Gula : Kadar gula menurun. Biasanya kurang dari 40 mg% atau
kurang dari 40% kadar gula darah yang diambil pada saat yang bersamaan.
b. Cairan otak pada meningitis tuberkulosa.
- Warna : Jernih atau santokrom.
- Sel : Jumlah sel meningkat, biasanya tidak melebihi 500/mm3 dan
sel mononuklear lebih banyak.
- Kadar protein meningkat.
- Kadar gula menurun.
- Kadar klorida menurun.
- Bila didiamkan akan terbentuk pelikula yang berbentuk sarang
labah-labah.
- Pada pemeriksaan mikroskop dan biakan akan ditemukan kuman
tuberkulosis.
c. Cairan otak pada meningitis karena virus.
- Warna : jernih.
- Sel : Jumlah sel meningkat antara 10-1000/mm3 .
- Kadar protein normal atau naik sedikit.
- Kadar gula normal.
- Kadar klorida normal.
G. POTENSIAL KOMPLIKASI
- Edema serebri
- Hidrosefalus.
- Abses otak.
- Koma.
- Kejang.
- Kehilangan fungsi saraf: perubahan tingkah laku dan perkembangan
motorik.
- Kehilangan pendengaran dan penglihatan.
- SIADH
- Syok
- KID
- Henti nafas.
- Kematian.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
o Tentukan organisme penyebab.
o Isolasi pernapasan atau ketat tegantung pada organisme.
o Cairan parenteral diberikan untuk mempertahankan kebutuhan sampai
masalah SIADH
teratasi. Puasakan, selanjutnya beri diet dari cairan jernih sampai
diet yang sesuai usia dan toleransi pasien: cairan dapat dibatasi saat diet
mulai diberikan: cairan parenteral diturunkan sesuai peningkatan cairan
peroral.
o Masukan dan haluaran: antibiotik dosis tinggi diberikan melalui
intravena untuk mengisolasi organisme (antibiotik yang mencakup spektrum luas
sampai organisme dapat diisolasi).
o Antipiretik
o Antikonvulsan
o Steroid dapat diberikan dengan maksud untuk mereduksi faktor
penyebab ketulian.
o Ulangi fungsi lumbal untuk mengkaji efektivitas terapi
1. Pengobatan Umum : tirah baring total, 5 B (Breathing, blood,
braind, bowel, bladder).
2. Pengobatan Spesifik : pemberian antibiotik spektrum luas, segera
dilakukan tindakan-tindakan untuk menurunkan tekanan intrakranial beberapa
jenis meningitis diharuskan pasien di isolasi di rumah.
I. PENCEGAHAN
1. Penderita diisolasi
2. Vaksinasi, seperti;
- Vaksi meningokokus yang telah diizinkan di AS mencakup
polisakarida grup A, C, W153 dan Y, dan digunakan terutama perekrutan militer.
Vaksin ini mungkin menguntungkan bagi beberapa orang yang mengunjungi daerah
yang mengalami epidemik penyakit meningokokus. Vaksinasi juga harus
dipertimbangkan sebagai tambahan antibiotik kemoprofilaksis untuk beberapa
orang yang tinggal dengan pasien yang mengalami infeksi meningokokus.
- Vaksin polisakarida (Haemophilus b polysaccharide vaccine) melawan
masuknya Haemophilus influenzae tipe b yang telah diizinkan penggunaannya di AS
dan sekarang digunakan rutin untuk pencegahan meningitis pada pediatrik.
3. Diberi obat-obatan
– Untuk meningokokus diberi obat Rifampisin, sulfadiazine.
– Untuk Hemofilus influenza diberi obat, Rifampisin
J. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Adapun penatalaksanaan keperawatan menurut Brunner & suddath
yaitu;
- Pada semua tipe meningitis, status klinis pasien dan tanda-tanda
vital dikaji terus menerus sesuai perubahan kesadaran yang dapat menimbulakn
obstruksi jalan napas. Penemuan gas darah arteri, pemasangan selang endotrake
(trakeostomi) dan penggunaan ventilasi mekanik.
- Pantau tekanan arteri untuk mengkaji syok, uang mendahului gagal
jantung dan pernapasan. Catat adanya vasokontriksi, sianosis yang menyebar, dan
ekstremitas dingin. Demam yang tinggi diturunkan untuk menurunkan kerja jantung
dan kebutuhan oksigen otak.
- Penggantian cairan intravena dapat diberikan, tetapi perawatan
tidak dilakukan untuk melebihi hidrasi pasien karena risiko edema sereberal.
- Berat badan, elektrolit serum, volume dan berat jenis urine, dan
osmolalitas urine dipantau secara ketat, dan khusunya bila dicurigai hormon
sekresi antidiuretik yng tidak tepat (ADH).
- Penatalaksanaan keperawatan berkelanjutan memerlukan pengkajian
yang terus menerus terhadap status klinis klien, pengkajian pada TTV
(Tanda-Tanda Vital), Perhatikan terhadap kebersihan kulit dan mulut, serta
peningkatan dan perlindungan selama kejang saat koma.
- Rabas dari hidung dan mulut dipertimbangkan infeksius. Isolasi
pernapasan dianjurkan sampai 24 jam setelah mulainya terapi antibiotik.
2.2 INFEKSI PARENKIM OTAK
A. ABSES SEREBRI / OTAK
a. DEFINISI
Abses otak
adalah suatu proses infeksi yang melibatkan parenkim otak; terutama disebabkan
oleh penyebaran infeksi dari fokus yang berdekatan oleh penyebaran infeksi dari
fokus yang berdekatan atau melaui sistem vascular. Abses otak (AO) adalah suatu
reaksi piogenik yang terlokalisir pada jaringan otak. Timbunan abses pada
daerah otak mempunyai daerah spesifik, pada daerah cerebrum 75% dan cerebellum
25%.(long,1996;193)
b. ETIOLOGI
Berbagai mikroorganisme dapat ditemukan pada AO, yaitu bakteri,
jamur dan parasit.
- Bakteri yang tersering adalah Staphylococcus aureus, Streptococcus anaerob, Streptococcus beta hemolyticus, Streptococcus alpha hemolyticus, E. coli dan Baeteroides. Abses oleh Staphylococcus biasanya berkembang dari perjalanan otitis media atau fraktur kranii. Bila infeksi berasal dari sinus paranasalis penyebabnya adalah Streptococcus aerob dan anaerob, Staphylococcus dan Haemophilus influenzae. Abses oleh Streptococcus dan Pneumococcus sering merupakan komplikasi infeksi paru. Abses pada penderita jantung bawaan sianotik umumnya oleh Streptococcus anaerob.
- Bakteri yang tersering adalah Staphylococcus aureus, Streptococcus anaerob, Streptococcus beta hemolyticus, Streptococcus alpha hemolyticus, E. coli dan Baeteroides. Abses oleh Staphylococcus biasanya berkembang dari perjalanan otitis media atau fraktur kranii. Bila infeksi berasal dari sinus paranasalis penyebabnya adalah Streptococcus aerob dan anaerob, Staphylococcus dan Haemophilus influenzae. Abses oleh Streptococcus dan Pneumococcus sering merupakan komplikasi infeksi paru. Abses pada penderita jantung bawaan sianotik umumnya oleh Streptococcus anaerob.
- Jamur penyebab AO antara lain Nocardia asteroides, Cladosporium
trichoides dan spesies Candida dan Aspergillus. Walaupun jarang, Entamuba
histolitica, suatu parasit amuba usus dapat menimbulkan AO secara hematogen.
- Komplikasi dari infeksi telinga (otitis media, mastoiditis
)hampir setengah dari jumlah penyebab abses otak serta Komplikasi infeksi
lainnya seperti ; paru-paru (bronkiektaksis,abses paru,empiema )jantung (
endokarditis ), organ pelvis, gigi dan kulit.(long,1996;193)
c. MANIFESTASI KLINIS
Gejala fokal yang terlihat pada abses otak
Lobus Gejala:
Frontalis mengantuk, tidak ada perhatian, hambatan dalam mengambil
keputusan,Gangguan intelegensi, kadang-kadang kejang
Temporalis tidak mampu meyebut objek;tidak mampu membaca, menulis
atau,mengerti kata-kata;hemianopia.
Parietalis gangguan sensasi posisi dan persepsi
stereognostik,kejang fokal,hemianopia homonim,disfasia,akalkulia,agrafia
Serebelum sakit kepala suboksipital,leher kaku,gangguan
koordinasi,nistagmus,tremor intensional. .(price,2005;1156)
d. PATOFISIOLOGI
Fase awal abses otak ditandai dengan edema lokal, hiperemia
infiltrasi leukosit atau melunaknya parenkim. Trombisis sepsis dan edema.
Beberapa hari atau minggu dari fase awal terjadi proses liquefaction atau
dinding kista berisi pus. Kemudian terjadi ruptur, bila terjadi ruptur maka
infeksi akan meluas keseluruh otak dan bisa timbul meningitis. ( long,1996;193)
AO dapat terjadi akibat penyebaran perkontinuitatum dari fokus
infeksi di sekitar otak maupun secara hematogen dari tempat yang jauh, atau
secara langsung seperti trauma kepala dan operasi kraniotomi. Abses yang
terjadi oleh penyebaran hematogen dapat pada setiap bagian otak, tetapi paling
sering pada pertemuan substansia alba dan grisea; sedangkan yang
perkontinuitatum biasanya berlokasi pada daerah dekat permukaan otak pada lobus
tertentu.
AO bersifat soliter atau multipel. Yang multipel biasanya ditemukan
pada penyakit jantung bawaan sianotik; adanya shunt kanan ke kiri akan
menyebabkan darah sistemik selalu tidak jenuh sehingga sekunder terjadi polisitemia.
Polisitemia ini memudahkan terjadinya trombo-emboli. Umumnya lokasi abses pada
tempat yang sebelumnya telah mengalami infark akibat trombosis; tempat ini
menjadi rentan terhadap bakteremi atau radang ringan. Karena adanya shunt kanan
ke kin maka bakteremi yang biasanya dibersihkan oleh paru-paru sekarang masuk
langsung ke dalam sirkulasi sistemik yang kemudian ke daerah infark. Biasanya
terjadi pada umur lebih dari 2 tahun. Dua pertiga AO adalah soliter, hanya
sepertiga AO adalah multipel. Pada tahap awal AO terjadi reaksi radang yang
difus pada jaringan otak dengan infiltrasi lekosit disertai udem, perlunakan
dan kongesti jaringan otak, kadang-kadang disertai bintik perdarahan. Setelah
beberapa hari sampai beberapa minggu terjadi nekrosis dan pencairan pada pusat
lesi sehingga membentuk suatu rongga abses. Astroglia, fibroblas dan makrofag
mengelilingi jaringan yang nekrotik. Mula-mula abses tidak berbatas tegas
tetapi lama kelamaan dengan fibrosis yang progresif terbentuk kapsul dengan
dinding yang konsentris. Tebal kapsul antara beberapa milimeter sampai beberapa
sentimeter. Beberapa ahli membagi perubahan patologi AO dalam 4 stadium yaitu :
1) stadium serebritis dini
2) stadium serebritis lanjut
3) stadium pembentukan kapsul dini
4) stadium pembentukan kapsul lanjut.
Abses dalam kapsul substansia alba dapat makin membesar dan meluas
ke arah ventrikel sehingga bila terjadi ruptur, dapat menimbulkan meningitis.
Infeksi jaringan fasial, selulitis orbita, sinusitis etmoidalis,
amputasi meningoensefalokel nasal dan abses apikal dental dapat menyebabkan AO
yang berlokasi pada lobus frontalis. Otitis media, mastoiditis terutama
menyebabkan AO lobus temporalis dan serebelum, sedang abses lobus parietalis
biasanya terjadi secara hematogen.
e. KOMPLIKASI
Komplikasi meliputi :
- retardasi mental
- epilepsy
- kelainan neurologik fokal yang lebih berat.
Komplikasi ini terjadi bila AO tidak sembuh sempurna.
f. PROGNOSIS
Tergantung dari:
1) cepatnya diagnosis ditegakkan
2) derajat perubahan patologis
3) soliter atau multiple
4) penanganan yang adekuat.
Dengan alat-alat canggih dewasa ini AO pada stadium dini dapat
lebih cepat didiagnosis sehingga prognosis lebih baik. Prognosis AO soliter
lebih baik dari mu1ipe1.
g. PENATALAKSANAAN MEDIS
- Terapi antibiotik. Kombinasi antibiotik dengan antibiotik
spektrum luas.
Antibiotik yang dipakai ;Penicilin, chlorampenicol (chloramyetin) dan nafacillen (unipen). Bila telah diketahui bakteri anaerob, metrodiazelo (flagyl) juga dipakai.
Antibiotik yang dipakai ;Penicilin, chlorampenicol (chloramyetin) dan nafacillen (unipen). Bila telah diketahui bakteri anaerob, metrodiazelo (flagyl) juga dipakai.
- Surgery ; aspirasi atau eksisi lengkap untuk evaluasi abses.
(long,1996;194)
(long,1996;194)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar